Selasa, 22 Maret 2011

Renungan

Ibu…

Engkau adalah segala-galanya bagiku
Engkaulah Malaikatku
Engkaulah jiwa ragaku
Engkaulah penyelamatku

Meskipun Engkau orang lain bagiku
Tapi Engkau telah kuanggap sebagai orangtua sendiri
Engkau telah banyak berjasa padaku

Jasamu yang tiada terbalas
Jasamu tiada terbeli
Jasamu tiada akhir
Jasamu akan kukenang selalu Ibu…

Ibu…
Hanya do’a lah yang dapat kukirimkan untukMU
Semoga Engkau selalu berada disisiNya
Terima kasih atas semuanya Ibu….

Puisi ini sengaja saya buat, sebagai rasa rinduku pada Ibu serta pada Ayah untuk selalu mengenang atas segala jasa-jasaNya padaku. Dimana selama ini Dia telah banyak membantuku dan mengajariku bagaimana untuk belajar hidup lebih mandiri, dalam segala hal apapun yang tak ternilai harganya.

Sejak kepergianNya, membuat saya merasa kehilangan dan larut dalam kesedihan. Saya berusaha dan terus berusaha untuk tabah dan mengurungkan rasa kesedihan itu, karena saya tahu terlalu larut dalam kesedihan tidak akan membuatNya akan tenang di Alam Sana nantinya. Hanya dengan do’a lah yang dapat kukirimkan agar hidupNya menjadi tenang, berada di tempat yang mulia dan selalu disisiNya.

Pada semasa hidupnya, dulu saya bekerja padaNya kurang lebih lima tahun. Terhitung sejak masih SMK sampai tamatan pun masih tetap bekerja bersamaNya.

Selama bekerja saya telah dapat mengumpulkan uang sendiri sedikit demi sedikit, sehingga beban ibuku jadi berkurang. Selain itu, juga saya pergunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan bayar uang sekolah.

Saya bersaudara lima orang dan saya anak yang ke empat. Apa yang telah kulakukan semuanya, karena merasa kasihan dan telah saatnya pula lah saya membalas semua jasa-jasa ibuku selama ini dengan semampunya saya. Jika Allah mengizinkan sehingga saya berhasil pada nantinya maka niat yang pertama kali yang ingin kuwujudkan adalah menaikkan haji Ibuku. Karena selama ini Dia telah merawat, mengajar, mendidik dan membimbing hingga dewasa hanya seorang diri.

Pada saat usia saya masih empat tahun Ibuku telah ditinggalkan oleh suaminya. Suaminya tak lain adalah Ayahku sendiri yang telah meninggal dunia sekitar tahun 80-an, pada waktu itu tak ada penyebab apapun. Padahal sebelum kepergianNya terlihat masih sehat-sehat saja. Mungkin itu telah ajal bagi Ayah saya dan waktunya dipanggil oleh yang Maha Kuasa, karena Dialah yang berhak atas segala-galanya.

Pagi itu, rumah saya telah banyak didatangi orang, baik dari tetangga maupun dari rekan kerja Ayah. “Padahal sehari sebelumnya masih bekerja, bercanda-canda dan bersama-sama kelapangan untuk meliput berita” ujar salah seorang rekan Ayah yang sangat terkejut mendengar kepergianNya.

Pada semasa hidup Ayah dulu bekerja sebagai guru agama dan wartawan Semangat. Saya sendiri belum mengenal betul wajah Ayah sendiri, hanya dengan sebingkai foto yang terpajang di dinding lah saya dapat mengenali dan melihat wajah Ayah.

Dari itu semua saya dapat mengambil hikmah dan pengalaman yang sangat berharga atas kesalutan pada Ibu saya yang dapat menghidupkan anak-anaknya yang masih kecil hanya dengan seorang diri. Disitulah saya ingin belajar lebih jauh dari usaha dan perjuangan Ibu yang TERCINTA.

Terimakasih Allah…Engkau telah memberikan ketabahan dan kekuatan pada ibuku yang telah berhasil mendidik dan menjadi orangtua yang terhebat seperti sekarang ini.
I LOVE YOU IBU! :X

Tulisan ini sengaja saya buat, karena kecintaan saya pada orangtua dan mengenang masa laluNya. Kalau sekiranya ada kesalahan penulisan kata atau hal apapun saya mohon maaf.
Wassalam…

Cara Bijak Menghadapi Masalah




Masalah Hakekatnya Bukan Masalah

Stres dan masalah adalah kenyataan hidup yang harus dihadapi setiap manusia dalam kehidupannya. Tanpa masalah tak mungkin manusia bisa berkembang dan eksis dalam hidupnya. Karena masalah hakekatnya adalah hidup. Orang kalau mau hidup harus siap untuk menghadapi masalah, apapun masalah yang dihadapinya.

Sebenarnya kita sudah dilatih untuk menghadapi masalah semenjak ia (lahir) masih dalam kandungan ibunda, sejak mulai menghirup udara di kehidupan alam semesta ini. Namun sayang kita tak pernah tahu dan mengingatnya. Akan tetapi yang jelas ketika kita dari bayi sampai anak-anak, Mereka sudah mengajarkan bagaimana kita bisa berjalan, berbicara, dan lainnya. Masalah yang terus Mereka lalui tanpa dirasakaNnya. Dibimbingnya kita bagaimana mengatasi masalah, sehingga kita bisa berjalan dan berbicara. Semua seakan tanpah hikmah dan pelajaran. Inilah yang sering tidak kita sadari bagaimana Mereka dulu mampu menyelesaikan masalah, walaupun harus dibimbing orang lain. Tetapi itu semua pada dasarnya adalah masalah.

Masalah yang Seakan Bukan Masalah
Setiap dari pribadi kita sudah sering melihat dan menghadapi hal tersebut, bahkan tampak seperti bukan masalah. Karena itu sudah menjadi rutinitas yang tidak mengherankan lagi. Yang perlu kita ketahui betul adalah bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah yang kita hadapi, baik dalam bentuk masalah yang berat maupun ringan, sebab masalah itu seakan bukan masalah. Inilah bukti bahwa masalah adalah kenyataan hidup yang harus kita hadapi, menghadapinya seakan tanpa masalah.

Ini bukti juga, bahwa tak ada masalah yang tak dapat kita selesaikan, jika telah mengetahui sumber dari masalah tersebut. Dan yang perlu kita ingat juga, bahwa masalah hal yang sepele jangan sampai diperbesar-besarkan, karena ini akan berdampak negatif bagi diri kita sendiri.

Tanpa terasa kita telah melalui banyak masalah, dan kita sudah mampu melaluinya. Tanpa terasa berat-ringannya masalah yang lalu semakin tak terasa, karena kita sudah melaluinya, atau malah mungkin lupa. Kita tanpa terasa sudah banyak belajar mengatasi banyak masalah, tapi kita banyak yang tidak mengingat itu semua. Kita pernah bingung dan stres dibuatnya, tapi kenyataannya kita dapat melaluinya. Atau malah mungkin sudah lupa.

Memang banyak cara untuk mengatasi masalah. Banyak celah untuk menjebol kerumitan masalah. Karena masalah sendiri sebenarnya bukan masalah. Cuma bagaiman cara mencari celah masalah tersebut.

Stres Hanyalah Sebuah Ketakutan

Inilah yang banyak terjadi pada setiap orang “termasuk diriku sendiri”, belum melangkah saja sudah putus harapan..belum melangkah saja sudah ketakutan..belum melangkah saja sudah kebingungan.
Baru mau belajar berjalan saja, sudah takut akan bayangan jatuh yang menakutkan. Padahal kalau kita sudah merasakan sakitnya jatuh karena berjalan, maka kita takkan takut lagi untuk belajar berjalan.

Inilah yang menjadi masalah kebanyakan bagi kita tentang mengartikan ‘jatuh’ pada saat belajar berjalan. Memang tak sedikit mereka yang baru belajar berjalan kemudian jatuh kesakitan dan beberapa saat kemudian tak mau lagi belajar berjalan. Tapi itu hanya beberapa saat saja, tak mau mencoba lagi. Akan tetapi jika sudah siap lagi untuk belajar berjalan, maka ia akan berhati-hati. Atau ia mencari cara lain supaya kalau jatuh tidak akan merasakan sakit, misalkan belajar berjalan di atas hamparan pasir.

Dan Inilah makna dari sebuah resiko dari pelajaran untuk belajar berjalan. Resiko dari keputusan yang diambil untuk bisa berjalan. Makna ‘jatuh’ merupakan sebuah kemungkinan yang harus kita hadapi. Makna jatuh itu sendiri memberi hikmah untuk bagaimana kita berdiri lagi dan mencari cara untuk menyiasatinya. Masak karena hanya jatuh terus tak mau berjalan untuk selama-lamanya, tak mungkin kan. Karena dengan jatuh kita lebih mampu dan siap untuk menyikapi segala sesuatu supaya lebih siap lagi untuk lebih cepat belajar berjalan.

Di sinilah gambaran dari setiap orang yang stres dan bingung akan tampak “kita mau berjalan namun takut jatuh”. Padahal teman-teman kita sudah mampu untuk berjalan dan bahkan sudah mampu untuk berlari. Kesendirian dan ketakutan yang ada menjadikan kita tertekan dan bingung. Kesendirian yang kita buat sendiri hanya karena ketakutan2 akan bayangan jatuh yang sangat menyeramkan. Bingung karena melihat teman-teman kita sudah bisa terseyum riang berjalan dan berlari.

Bingung yang diciptakan sendiri hanya takut akan seramnya rasa jatuh. Pertentangan dan gejolak jiwa inilah yang membuat kita tertekan, bingung dan stres. Takut, bingung, tertekan dan stres yang diciptakan sendiri, hanya karena takut banyangan jatuh yang menakutkan. Bingung dan stres hanya karena tak mau keluar dari keterkungkungan ketakutannya. Jadi kalau kita takut jatuh! Bagaimana kita bisa keluar dan mencari celah yang ada?

Bukankah jatuh bisa diantisipasi. Bukankah jatuh itu bisa disiasati. Bukankah jatuh adalah cara untuk memperkaya ide, gagasan dan strategi. Dalam masalah ini, bukankah jatuh bisa dihindari kalau kita jeli menemukan cara yang bisa mengatasinya. Lalu bagaiman kita akan keluar dari keterkukungan kebingungan dan stres kalau kita tak mau menghadapi atau malah menghindari. Kalau kita tak mau mencoba dan menyiasati, bagaiman mungkin keluar dari masalah. Bukankah masalah sebenarnya bukan masalah! karena masalah pasti bisa diatasi!

Ayo! belajarlah untuk mau menghadapi hidup, atau malah hanya mau jadi pengecut untuk hidup. Pengecut yang tak mau mengahadapi masalah hidup untuk hidup. Percayalah tak ada tempat bagi seorang pengecut di dunia ini. Kecuali hanya akan menjadi permainan hidup para pengecut lainnya. Pengecut yang tak akan punya masa depan yang menyenangkan dan bahkan menyedihkan dalam hidupnya. Mudah dipecundangi para pecundang. Mudah terpuruk dalam persaingan. Takkan ada tempat yang menyenangkan bagi kita, kecuali kepediahan dan keperihan hidup. Lalu siapakah orang bodoh yang mau jadi seorang pengecut!!!